Saturday, 14 June 2008

TUGAS PENGAWAS ADALAH MENGAWAS


Mengawas adalah pekerjaan yang aneh. Soal telah selesai dibuat, digandakan, kemudian pada hari H yang sudah ditentukan dibagikan kepada siswa. Dengan batasan waktu yang disepakati, dikerjaklannlah soal tersebut oleh siswa.Dan saat mengerjakan soal siswa diawasi oleh pengawas. Pengawas berfungsi sebagai pengawas. Pengawas memang tugasnya mengawasi siswa yang sedang ujian. Mengawas bukanlah pekerjaan guru yang utama, tugas guru adalah mengajar. Kalaupun ada guru jadi pengawas, itu dilakukan hanya sekali-kali, tidak rutin setiap hari.Sebagai pengawas ada beberapa hal yang harus dipersiapkan dan diperhatikan, agar tugas mengawasnya berjalan dengan sukses dan lancar. Yang pertama, Pengawas harus punya mata yang awas, jeli dan tajam seperti mata elang. Kalo gus dur jadi pengawas bisa gak? Ya bisa aja, gitu aja kok repot. Ya gitu-gitu juga kan Gus dur itu pengawas dan penjaga hati rakyat Indonesia. Dalam kekurangannya dia itu hadir memberi kebaikan dan kedamaian.

TIPS BELAJAR EFEKTIF DAN


1. PERbANYAK sHALAt Dhuha n Tahajud
2. KurANGI nONtON tELEvISI
3. Ikut BIMbEL N kURANGi bERMAIn
4. Setelah BacA Buku Paket, DITUTUP, KemudiAN DICATAT POiNT2 Penting
5. Belajar TIDAK Sekaligus (DICICIL) ‘N Punya Waktu BELAJAR DIRUMAH ± 1 JAM
6. Belajar SAMBIL DENGERin Musik, SIStem Kebut SEmalam (SKS)
7. MALAm meringkas MATERi, Tidur, Pagi Jam 4 dibaca lagi dan DIHAFAL lAgi
8. Belajar HABIS-HABISAN saat menjelang ulangan, Malam BISA BELAJAR ± 2 JAM
9. Kerjakan PR DiRUmah, SeteLAH ITU belajar untuk BEsok
10. PINtar-PINTAR BAGI Waktu, Waktunya MAIN, YA
main, waktunya Belajar ya belajar
11. Ikut Privat n PUnya Target LulUs UN (Kls 3)
12. TerGanTung GurUnya, Kalo Enak TermOTIvasi, Kalo
Gak enak, SUsah Belajarnya
13. Kalo ADA Pelajaran Yang TIdak DiMengerti, Tanya
SAMA teman, GURU Atau ORTU (Siapa Saja Yang
BISA)
14. Kalau PunYa Kemauan Yang KUAt Pasti Bisa Masuk
Pelajaran DENGan Baik
15. Bukan MengHafal PELAJaran Tapi Mencoba
MENGERti Maksud DARi Pelajaran TErseBUT
16. Pelajaran EKSak, Banyak LaTihan
Pelajaran SOSIal N umuM dirIngkas dan diHaFal
17. Mendengarkan GURU ketIKa Sedang MeneranGkan
PelajAran


SEMOGA BERMANFAAT
DAN MEMBERI INSPIRASI POLA BELAJAR KITA SEMUA


Keterangan :

Tips Ini didapatkan dari Sharing diantara anak-anak XA, hari senin, tanggal 28 April 2008.

MASJID DAN BERMEGAH-MEGAHAN


Dari berbagai hadist disebutkan bahwa Allah melarang kita bermewah-mewahan, termasuk dalam menghias Masjid. Kemewahan Masjid adalah salah satu tanda dari dekatnya kiamat.

Aksi Rasululah saw, saat pertama hijrah ke Madinahialah membangun Masjid. Dindingnya dari tanah liat, tiangnya batang kurma, lantainya pasir dan atapnya pelepah kurma. Apakah karena kondisi ekonomi masih prihatin? Ternyata tidak. Dalam kitab Dalail Al-Nubuwwah, Al-Baihaqi meriwayatkan dari Ubadah ibn Shamit bahwa kaum Anshar mengumpulkan harta dan mendatangi Rasulullah SAW. Mereka berkata, ”wahai Rasulullah, bangunlah masjid dan hiasilah seindah-indahnya dengan harta yang kami bawa ini. Sampai kapan kita harus salat di bawah pelepah kurma?”.

Beliau menjawab, ”Aku mau seperti Saudaraku Nabi Musa AS. Masjidku cukup seperti gubuk tempat berteduh beliau AS.” Dijelaskan bahwa Ukuran gubuk Nabi Musa AS sedemikian rendahnya sehingga bila Rasululah saw, mengangkat tangannya maka atapnya tersentuh.

Kisah ini menegaskan bahwa kesederhanaan arsitektur Masjid Nabawi yang asli di Madinah bukanlah karena kurang biaya. Tetapi memang disengaja oleh Rasulullah saw untuk diteladani umat Islam.

Sangat ironis bahwa justru masjid Nabawi di Madinah saat ini dibangun super mewah dan sangat boros energi. Saking mahalnya, pintu dikunci setiap jam 10 malam karena takut ada pencuri perhiasan emas murni di dalamnya.

Dan anehnya kita ikut berbangga untuk hal yang dikecam oleh Rasulullah SAW itu. Alasan klasiknya ialah demi syiar islam, bangunan masjid harus lebih megah dari bangunan sekitarnya, bahkan nyohor untuk lebih mewah dari gereja dan kuil.

KETERBATASAN BAHASA

Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi bagi umat manusia. Dan itu bukan hanya monopoli manusia saja, tumbuhan dan hewan pun memiliki alat komunikasi, dan memang setiap makhluk ciptaan Tuhan memiliki bahasanya masing-masing. Ada yang berbunyi, atau hanya sekedar isyarat, seperti orang bisu berkomunikasi melalui isyarat gerak tangan.

Bahasa adalah ekspresi jiwa, merupakan sebuah luapan dari apa-apa yang kita rasakan dan kita pikirkan. Tentang rasa sakit, sedih, senang, bahagia ataupun tentang apa yang kita pikirkan, memahami sesuatu, menganalisa dan menuangkannya dalam bentuk bahasa, secara oralmaupun literal. Tapi sejauh mana bahasa bisa mengungkapkan semua ekspresi jiwa, rasa dan nalar. Sebagai alat, jelas bahasa memiliki keterbatasan. Hingga tak heran apabila kita masih mendengar, ada orang yang berkata, “persaan ini sulit untuk diucapkan dalam kata-kata.” Atau keadaan ini tak bisa dijabarkan hanya dengan kata-kata” Ini menunjukkan bahwa bahasa tidak selalu bisa mewakili dari rasa dan nalar yang begitu kaya dan luas jangkauannya, atau bisa jadi, bahasa sangat tergantung oleh orang yang menggunakannnya. Kalau orang tersebut cukup cerdas dan memiliki kekakyaan kosa kata dan sturukturnya kemungkinan besar, orang itu bisa mengekspresikan rasa dan nalarnya melalui bahasa.

Tapi yang pasti bahasa memiliki dua sisi psikologi bagi manusia yang menggunakannya. Ada yang mempersempit jiwa, ada juga yang dapat meluaskan jiwa, cakrawala menerawang jauh mwencapai rasa kemanusiaan atau bahkan rasa keilahian.

Tiada Tuahan yang lain , selain Allah! – Tiada yang lain, selain dirimu!, Merupakan ungkapan dari ikrar yang sangat dipaksakan. Padahal orang yang mengucapkna ikrar tersebut tahu….bersambung

Wednesday, 11 June 2008

BANGKIT ITU


Bangkit itu, susah.
Susah melihat orang lain susah,
Senang melihat orang lain senang.
Bangkit itu takut.
Takut korupsi, takut makan yang bukan haknya
Bangkit itu mencuri.
Mencuri perhatian dunia dengan prestasi
Bangkit itu marah.
Marah jika martabat bangsa dilecehkan,
Bangkit itu malu.
Malu jadi benalu.
Malu karena minta melulu
Bangkit itu tidak ada.
Tidak ada kata menyerah,
Tidak ada kata putus asa
Bangkit itu aku, untuk Indonesia ku
Versi Dedy Mizwar


Bangkit itu, susah.
Susah payah demi mengejar cita-cita setinggi langit,
Bangkit itu takut.
Takut nyontek, takut mengambil yang bukan haknya
Bangkit itu mencuri.
Mencuri perhatian guru, teman dan orang tua dengan prestasi
Bangkit itu marah.
Marah jika kemalasan dan kebodohan terus saja melenakan,
Bangkit itu malu.
Malu bila tidak naik kelas.
Malu karena jadi beban orang tua selalu
Bangkit itu tidak ada.
Tidak ada kata menyerah,
Tidak ada kata putus asa
Bangkit itu aku, untuk diriku, sendiri.

Versi Avatar Jack

HARI INI KITA DIKEPUNG


Hari ini Kita dikepung oleh Kebodohan
Kemiskinan
Kemalasan

Dari berbagai penjuru
Dan berbagai arah

Sesungguhnya
Bumi yang kita pijak ini adalah logam mulia
Bercampur susu
Kaya dan sangat subur

Tapi,
Kekayaan dan kesuburan ini telah membuat anak-anaknya
Menjadi pemalas, lamban dan bodoh

Sejak kemarin sudah begitu,
Hari ini pun begitu
Dan esok pun pasti sama

Tradisi yang salah terus saja kita teruskan

Depok, 11 Juni 2008

Monday, 9 June 2008

SEANDAINYA AKU KI HAJAR DEWANTARA

Reff 1
Aku sedih melihat wajah pendidikan saat ini
Sesungguhnya dia belumlah tua,
Tapi tubuhnya telah renta digrogoti banyak masalah

Korupsi yang merajalela
Korupsi yang sulit diberantas
Nepotisme yang terus menjadi-jadi

Reff 2
Karena apa itu semua,
Sudah pasti karena pendidikan yang bobrok di Negeri ini.

Reff 1
Kaum Buruh terus demo menuntut kenaikan gaji
Pengangguran tiap tahun terus meningkat
Kaum ibu resah, harga-harga membumbung tinggi
Reff 2

Reff 1
Kesejahteraan guru terlunta-lunta
Tak jarang guru ngobjek sana, ngobjek sini
Siswa akhirnya jadi korban
Kelas penuh dengan siswa, tapi gurunya gak ada

Reff 1
Kekayaan alam Indonesia habis terjual ke negeri tetangga
Dari hasil tambang, minyak bumi, emas, perkebunan kopi, karet, tebu, kelapa sawit, laut dan perikanan, sampai pulau-pulau dan pasir pun ikut tergadai
Reff 2

Aku sedih melihat wajah pendidikan saat ini
Tapi aku sayup-sayup mulai mendengar
Pendidikan di Indonesia telah melahirkan mahasiswa yang menjadi pembaharu di Negeri ini.
Pendidikan di Indonesia telah melahirkan pemenang olimpiade fisika tingkat internasional
Sayup-sayup aku juga mendengar
Anggaran pendidikan akan naik 30 % dari anggaran yang sudah ada.
Semoga kabar baik berikutnya terus terdengar lebih sering
Mahasiswa Indonesia tetap idealis, kritis sebagai agen pembaharu.
Semoga kedepan,
Akan lebih banyak Habibie lahir di bumi tercinta ini, Indonesia
Hidup Indonesia

Tuesday, 3 June 2008

PEMBANTAIAN UMAT MANUSIA

Ketika Alam Semesta sudah tercipta, manusia terbentuk melalui tangan Tuhan sendiri dengan hukum kausal serta norma-norma telah melekat di dalamnya. Tuhan pun menurunkan kebaikan ke muka bumi dan juga temannya, kejahatan. Segala sesuatu diciptakan Tuhan dengan sebab, akibat dan dua kemungkinan yang saling bertolak belakang. Tapi yang jelas perbedaan itu diciptakan bukan untuk saling menghilangkan salah satunya. Perbedaan itu dibuat untuk saling mengisi dan melengkapi. Agar hidup lebih berwarna, daripada sekedar basa-basi, hitam dan putih. Dalam kamus filsafat, inilah yang disebut dialektika abadi untuk kesempurnaan hidup yang lebih baik.
Akan terkesan naïf dan picik apabila kita terlalu asyik mengagungkan kebaikan dan menistakan kejahatan. Yang bijak bersikap terhadap keduannya adalah keseimbangan. Dimana kita berlaku adil, toh keduanya bermanfaat bagi kehidupan kita sehari-hari. Belajar memahami keduanya merupakan pilihan cerdas agar hidup lebih bermakna. Bagaimana kita bisa mengetahui yang jahat, kalau kita tidak mengetahui apa itu kebaikan? Begitu pun sebaliknya.
Ketika orang banyak membicarakan masyarakat sipil yang madani, dalam benak dan mimpi banyak orang itu adalah masyarakat yang hidup dengan tenang, teratur, bertata karma, ramah, hukum ditegakkan, keadilan dijunjung tinggi, demokratis, penuh cinta kasih dan jauh dari kekerasan, dendam, pembunuhan, pencekalan, pemerasan, perkosaaan tubuh dan hak asasi manusia. Dan yang lebih penting dari itu semua, jauh dari korupsi, kolusi, nepotisme, arogansi, dan sikap otoriter pemerintahan yang berkuasa. Apakah itu masyarakat Madani? Apakah mungkin dalam sebuah komunitas manusia, kejahatan tidak pernah terjadi? Padahal kita tahu kejahatan bisa saja terjadi dimana-mana, pada masyarakat sipil ataupun masyarakat militer yang otoriter.
Dan memang dalam sejarah manusia yang cukup purba, pertentangan masyarakat sipil dan militer telah terjadi ratusan tahun yang lalu di Yunani Kuno. Dimana Athena merupakan lambang masyarakat sipil dan Sparta simbol masyarakat militer. Perang pun tak terelakkan sering terjadi. Darah tumpah ke bumi, manusia sesama manusia saling membunuh. Inikah hakikat kemanusiaan atau rekayasa Maha Agung yang tak terelakkan. Boleh miris hati, tapi harus jeli. Ternyata dibalik peperangan antar umat manusia, tergapailah puncak kreatifitas yang progresif. Ketika masih terjadi perang Dingin antara dua negara adidaya, Amerika Serikat dan Uni Soviet mengalami kemajuan yang pesat dalam bidang ilmu dan teknologi. Karena tercatat dalam perang itulah proyek ruang angkasa dimulai dan manusia berhasil menginjakkan kakinya di bulan. Ternyata perang tidak selalu berdampak negatif, karena memang segala sesuatu memiliki sebab dan akibat. Baik dan Buruk, positif dan negatif.
Saya tidak ingin mengatakan bahwa sipil lambang kebaikan dan militer simbol kejahatan, Karena baik sipil dan militer sama-sama memiliki kebaikan dan kejahatan. Hanya saja manusia memang selalu mempunyai kecenderungan, mana yang lebih berkembang, kebaikankah? Atau kejahatan?. Inilah yang membedakan manusia dengan Tuhan. Tuhan tidak memiliki kecenderungan, karena Tuhan Maha Adil dan Maha Seimbang. Dengan kekuasaannyalah Tuhan bisa menggenggam kejahatan dan kebaikan dengan netral. Dia bisa menciptakan malaikat yang baik dan patuh karena dia Sumber Kebaikan. Dia bisa menciptakan iblis yang jahat karena Dia sumber kejahatan. Dia bisa menciptakan surga yang damai karena Dia memang sumber kedamaian. Dia bisa menciptakan neraka yang keras dan kejam, karena Dia memang sumber kekerasan dan kekejaman. Kebaikan dan kejahatan berasal dari Rahim yang sama, Tuhan Semesta Alam.
Sejarah kekerasan terhadap umat manusia telah berlangsung lama. Dari sejak zaman Pra Homosapiens dengan hukum rimbanya. Pembunuhan Habil oleh Qabil, musnahnya umat manusia karena air bah di zaman nabi Nuh. Sebagian mati, sebagian lagi terselamatkan. Dan kalau dilihat pola kekerasan dan pembantaian umat manusia di zaman para nabi, Tuhan seakan tak pernah bosan untuk terus membantai umat manusia yang lalai dari seruan kebaikannya. Baik dengan gejala Alam, gunung meletus, gempa bumi, banjir, wabah penyakit, ataupun dendam peperangan. Dan pada umat yang bertakwa dan mengikuti seruan Nabi Allah, mereka diselamatkan dan ditugaskan menyebarkan agama Allah di muka bumi. Lalu apabila mulai menyimpang lagi, terus dibantai lagi, seperti perjalanan sejarah bangsa Israel. Seakan-akan kita bisa menyimpulkan sendiri. Bahwa hanya generasi terbaik dan bertakwa saja yang akan selalu dibela Allah. Tapi jangan salah dan menyimpulkan terlalu gegabah, bahwa kebaikan akan menang dan kejahatan akan musnah. Ini terlalu mengada-ada, sebab jika kejahatan musnah, kebaikan pun akan hilang, begitu sebaliknya. Keduanya akan selalu abadi, mencari sintesis yang lebih baik.
Zaman para nabi telah selesai, tapi pembantaian belum selesai. Dan kekerasan masih saja terjadi, bahkan pada hitungan detik saat ini. Buka mata, buka hati, lihat saja semua media, baik cetak, maupun elektronik, hari kemarin, hari ini dan seterusnya, kejahatan belum sirna dan kebaikan pun masih tetap menghias hari-hari dengan siklus yang silih berganti. Akhirnya, aku hanya ingin mengatakan hargai dan pelajarilah kejahatan, agar kita bisa lebih menghargai kebaikan dan menikmati apa itu kebaikan.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat :
“Sesungguhnya aku akan menciptakan seorang khalifah di atas muka bumi”, maka malaikat menjawab, “adakah patut Engkau jadikan diatas bumi orang yang berbuat bencana dan menumpahkan darah, sedang kami selalu bertasbih memuji Engkau dan menyucikan Engkau? Allah berfirman : “Sesungguhnya Aku mengetahui apa-apa yang tiada kamu ketahui.” Tuhan memang Sang Maha Rekayasa.
Depok, 4 Juni 2008

DEPENDENCE

Dalam suatu analisa ekonomi sekarang ini, dan memang sudah dimulai di zaman Orde Baru, Indonesia dalam situasi ekonomi yang sangat dependence (ketergantungan) pada bantuan dana luar negeri, terutama IMF dan Amerika Serikat. Yang melalui bantuan hutangnya, bukan hanya ekonomi Indonesia saja yang berubah, tapi juga kebijakan politik pemerintah dan merembes pada bidang-bidang yang lain.

Para ekonom yang kritis dan dan juga mahasiswa yang kritis melihat gejala ini sangatlah tidak baik dan berbahaya bagi perkembangan masa depan Indonesia. Bila beruntung, dan Indonesia dapat melunasi hutangnya di kemudian hari, lalu mandiri, maka intervensi Luar Negeri tidak begitu besar di sini. Tapi bila tidak, sepertinya penjajahan akan terus berlangsung dalam bentuk yang lain, yaitu penjajahan ekonomi. Jadi semua sepakat, sikap dependence secara vertical tidak baik bagi perkembangan masa depan Indonesia.

Mungkin ini memang sudah menjadi mental bangsa Indonesia, seperti apa yang diamati oleh Koentjaraningrat dan ditulis dalam bukunya, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan, bahwa nilai-nilai mentalitas yang berkembang di Indonesia adalah terlampau berorientasi vertical kearah atasan, kearah orang yang senior, kearah yang berpangkat tinggi, yang selalu harus dimintai restu dulu. Mentalitas seperti itulah yang membuat pembangunan di Indonesia tersendat-sendat dan bila tetap diteruskan akan mematikan jiwa yang ingin berdiri sendiri, berusaha sendiri dan akan menyebabkan timbulnya sikap tidak percaya kepada kemampuan diri sendiri.

Dikaitkan dengan konsep agam tentang mentalitas vertical, masih ada sebagian besar umat beragama yang dalam bersikap terhadap Tuhan juga begitu dependence. Bukan berarti kita tidak mengakui adanya Tuhan dan tidak membutuhkan-Nya. Seharusnyalah juga kita ingat firman Tuhan yang berbunyi, bahwa Tuhan tidak akan membantu suatu kaum lepas dari kesulitan dan masalah, apabila kaum itu sendiri tidak mau berusaha menyelesaikannya sendiri. Hingga kesadaran yang harus muncul dalam setiap kalbu manusia adalah bahwa fungsi dari ritual ibadah dan doa-doa yang dipanjatkan pada-Nya adalah untuk selalu kita hidup disiplin, percaya diri, teguh terhadap pendirian dan tidak lupa, kerja keras untuk meraih cita-cita yang kita harapkan. Jadi bukan dependence terhadap Tuhan dengan cara yang pasif, sebab tanpa usaha kerja keras semua itu tidaklah berarti apa-apa. Dan hanya bisa jadi, jatuh pada sia-sia.

Kembali pada masalah ekonomi dan politik indonesia saat ini. Akan terasa miris dilihat, ternyata teman-teman mahasiswa jatuh pada dilemma rasionalitas. Mereka berdemonstrasi, mengecap intervensi IMF dan menolak hutang baru dari CGI, tapi disatu pihak kini menentang penghentian subsidi BBM dan subsidi-subsidi yang lainnya. Rakyat dan mahasiswa, ingin pemerintah bisa lepas dari subsidi IMF ataupun CGI, tapi rakyat dan mahasiswa sendiri tidak siap subsidi-subsidi dari pemerintah dihentikan. Ini benar-benar dilemma, dan kita harus berani menjawab, siapa yang lebih tergantung pada siapa?
Depok, 3 Juni 2008