Wednesday, 18 March 2009

PUISI KEMATIAN SENJAKALA PARA DEWA


HIDUP HANYA MENUNGGU,
MENUNGGU MATI UNTUK BERTEMU TUHAN

baru kemarin rasanya dia lahir ke muka bumi,
hari ini dia sudah tidak ada.

baru kemarin rasanya dia ku gendong dalam dekapan,
hari ini dia sudah tidak ada.

baru kemarin rasanya dia ku ajari naik sepeda roda dua,
hari ini dia sudah tidak ada.

baru kemarin rasanya dia ku antar berangkat ke sekolah,
hari ini dia sudah tidak ada.

baru kemarin rasanya dia mengenalkan calon suaminya,
hari ini dia sudah tidak ada.

baru kemarin rasanya kutimang-timang cucu pertamaku,
hari ini dia sudah tidak ada.

Dalam kubur sempit ini
aku masih menunggu
menunggu entah sampai kapan

untuk bertemu denganMu
Tuhan,,,,

16 Maret 2009

KEHORMATAN BAGI SANTA CLAUS
yang dengan tulus mencinta dan memberi

saat malam beranjak dingin
dia sambangi hati setiap anak kecil di seluruh dunia

malam yang dingin kini kembali hangat,
dia datang melalui cerobong
menyalakan apinya, memberi damai dan kasih yang tulus

saat pagi tiba,
saat matahari buka matanya
seluruh anak-anak di dunia
bersorak sorai kegirangan
"SANTA DATANG SEMALAM!!!"

dan meninggalkan jejak kasihnya,,,

17 Maret 2009

Friday, 13 March 2009

HARI YANG INDAH UNTUK MATI


ZEN

Tengah hari itu, sehabis kuliah, aku berjalan menuju mushala fakultas. Tujuannya untuk shalat zuhur, duduk diteras dan buka sepatu. Sambil menunggu sandal jepit untuk wudhu, aku melamun tak karuan. Mataku melirik kesana kemari. Banyak sekali manusia lalu lalang, sebagian dari mereka ternyata teman-temanku. Keperluan mereka juga satu, shalat zuhur, atau mungkin dua, entahlah yang satu lagi. Duduk diteras dengan malasnya, buka sepatu dan ambil sandal jepit untuk wudhu, kemudia shalat. Beberapa menit kemudian kembali keteras, pakai sepatu dan berlalu.

Sebuah rutinitas ibadah wajib yang kelihatannya membosankan. Tapi apa daya, shalat lima waktu adalah wajib. Dalam lamunan aku bertanya-tanya dan menjawab dengan menduga-duga. Untuk apa aku shalat? Untuk siapa? Dan mengapa siang ini teman-temanku shalat. Ketiga pertanyaan itu aku jawab dalam pikiranku sendiri dan sudah pasti orang laintidak mungkin mendengar, terkecuali ada orang yang dikaruniai kelebihan dapat membaca pikiran orang yang sedang melamun.

Shalat menurut Al Quran, bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar. Shalat adalah tiang agama. Aku jadi teringat ceramah kiai haji Zainudin MZ, tentang seorang dukun. Beliau pesan dengan wanti-wanti kepada pendengar radio safari dan orang yang ada distudio untuk mudah percaya kepada dukun (paranormal) yang mengaku muslim tapi tidak pernah shalat. Beliau menegaskan, keislaman dukun itu diragukan. Lalu muncul sekonyong-konyong pertanyaan dalam otakku, apakah bisa shalat itu dijadikan barometer untuk keimanan islam seseorang? Kalau itu bisa, mengapa? Todak sedikit orang munafik dalam beragama, tidak itu dalam Islam, di luar Islam, sok Islam atau pura-pura Islam.

Disamping teras mushala aku masih melamun, tepatnya merenung, sementara teman-temanku sudah selesai shalat zuhur, aku perhatikan mereka memakai sepatu nya kembali. Apakah mereka sadar telah melakukan ibadah? Aku pernah mendengar atau pernah membaca, entahlah, yang mengatakan bahwa ibadah yang dilakukan sesorag karena sudah terbiasa dan dilakukan secara kontinu disebut akhlak. Definisi tentang akhlak membuatku teringat akan pengertian Zen dalam budaya Jepang.

Ada seorang murid yang telah mengabdi selama lima tahun, mengeluh pada gurunya, katanya ia merasa sia-sia telah berguru padanya selama ini, berharap sang guru mengajarinya Zen. Dengan bijak sang guru menjawab, sejak kau mengajukan tuntutan tentang zen padaku, dengan sendirinya hakikat zen telah lepas dari dirimu. Karena menurut guru itu, Zen adalah semacam kepatuhan tanpa keluhan. Kau menyiapkan sarapan pagi untukku, membersihkan kuil dan beribadah pada malam harinya setiap hari, itulah hakikat Zen, kata sang guru dengan lemah lembut. Sang murid melongo, sepertinya mengerti, sepertinya tidak, entahlah.

17 September 1997
G.30.S/PKI DALAM FILM

Dulu, waktu aku masih kecil, walau tidak sekecil semut, mungkinsudah sekolah dasar.Malam tanggal 30September saat untuk pertama kali film G.30.S/PKI diputar, ditempat ku tinggal listrik padam, tapi atas inisiatif ketua RT, yang tak ku ingat siapa ketua RT saat itu, dengan aki bis dinas jemputan BPK, televisi bisa dinyalakan. Kemudian nonton bareng berkerumun, dengan gelar tikar atau bawa kursi sendiri. Begitu antusias dan interes sekalisaat itu. Tontonan belum habis, aku tertidur.

Sejak itu, setiap tanggal 30 September film itu mengudara tak kunjung jemu. Pembesar republik Indonesia,disetiap kesempatan selalu wanti-wanti pada rakyatnya untuk selalu waspada pada bahaya laten komunis. Dan itulah salah satu alasan, mengapa film G.30.S/PKI selalu diputar.

Umurku sekarang sudah 19 tahun. Entah sudah berapa kali film itu diputar. Walau aku kuliah di jurusan sejarah, setiap kali pemutaran film itu, yang aku rasakan adalah sebuah pengulangan yang membosankan. Ironis memang. Lebih baik dengar radio atau keluar cari udara segar, karena di rumah begitu gerah akibat kemarau berkepanjangan.

Bagi orang tua dan yang mungkin pernah merasakan sendiri zaman PKI,film itu dapat dikatakan semacam reuni memori masa lalu. Lain lagi ceritanya, bagi kaum muda dan yanglahir sesudah zaman PKI, film itu hanya semacam film dokumenter untuk sekedar tahu,setelah itu berlalu.

Sementara itu, kita juga masih prihatin dengan pelajar-pelajar di kota besar terutama kota Jakarta. Perkelahian masal yang tidak jantan masih terusberlangsung, keroyok sana, bantai sini. Sejumlah fasilitas umum jadi korban, mobil-mobil pribadi ikut-ikutan rusak, tak sedikit nyawa melayang, sia-sia hanya oleh sedikit salahpaham dan gengsi almamater. Dan menurut para pejabat pula, perkelahian tersebut mungkin ditunggangi oknum-oknum komunis. Kalau itu benar berarti ini menunjukkan peringatan-peringatan dan pewanti-wantian bahaya laten komunis tidak meresap dikalanganmuda sekarang, baik itu dalam pembelajaran sejarah di kelas sampai pemutaran film G.30.S/PKI di televisi.

Satu hal yang mungkin kita perlu ungkap adalah kebenaran sebuah cerita sejarah secara jujur. Kebohongan yang selalu ditutup-tutupi berakibat fatal dikemudian hari. Energi emosi yang terpendam, sekali-kali dapatmeledak oleh sedikit sentuhan dan hasutan. Sudah saatnya sejarah bercerita dengan kejujuran dan kesederhanaan.

30 September 1997






KEKEKALAN MATERI

Thomas Aquinas menapikkan pendapat Aristoteles yang mengatakan bahwa materi bersifat abadi dan menerima doktrin kristen bahwa jiwa manusialah yang bersifat abadi. Pertanyaannya adalah kalau sifat materi itu tidak abadi, bagaimana bisa jiwa bertahan hidup, dan bagaimana keseimbangan memainkan peranananya dengan sempurna.

Seperti halnya jiwa, materi pun mengalami daur penguraian. Seperti halnya air di permukaan bumi yang memiliki siklus dengan debit yang statis. Walau mungkin di dalam prosesnya air tersebut tidak lagi murni, tercemar dan berubah bentuk. Ketika jiwa tercipta oleh Tuhan dan akan hidup kekal, merupakan suatu ketidakadilan bila materi yang juga pernah diciptakan Tuhan, tapi nanti di kemudian hari, ia akan lenyap tanpa bekas.

23 Januari 1998