Wednesday, 16 April 2008

SENIORITAS

Senioritas Dalam Islam

Dalam Islam yang namanya senioritas itu dibenarkan. Namun senioritas dalam arti yang positif dan diajarkan sesuai dengan tuntunan Allah melalui teladan para nabinya.
Senioritas yang kita ketahui dan mungkin pernah kita alami adalah senioritas dalam pengertian dan cara yang salah. Contohnya adik kelas mendapat tekanan, baik mental maupun fisik dari kakak kelas. Katanya sih niatnya baik, tapi niat baik kalau caranya salah, hasil akhirnya pun pasti salah. Seperti Robin Hood atau jawara betawi si Pitung, punya niat baik menolong rakyat miskin yang kelaparan, tapi uangnya di dapat dari hasil merampok.
Senioritas dalam Islam mengajarkan bahwa seorang anak baru bisa dikatakan sebagai anak yang soleh dan solehah, kalau dia mau berbakti dan menurut pada orang tua kandung, guru atau orang tua yang ada dilingkungan sekitar. Jadi Konteksnya adalah kesadaran dalam diri masing-masing individu.

Senioritas dengan cara salah yang sering kita jumpai di sekolah-sekolah manapun, baik local di dalam negeri maupun di luar negeri. Dan ini merupakan bentuk kegagalan dari pendidikan secara umum. Dirumah, Orang tua gagal membuat anak bisa menghormati orang yang lebih tua, entah itu ibu, bapak, kakak, atau saudaranya yang lain. Di Sekolah, guru juga gagal menanamkan nilai saling hormat-menghormati sesame teman, adik kelas atau kakak kelas, bahkan guru sekalipun. Di lingkungan, Masyarakat pun punya andil dalam kegagalan tersebut. Hingga tegur sapa antar tetangga kini sudah jarang dilakukan, apalagi saling mengenal lebih dalam.
Padahal, kalau Orang tua, guru dan masyarakat berhasil mendidik anak menghargai nilai-nilai tersebut, saling hormat-menghormati, patuh pada orang tua, guru dan orang yang lebih tua, maka senioritas kakak kelas pada adik kelas tidak perlu terjadi.
Sekali lagi, saya tekankan munculnya senioritas kakak kelas pada adik kelas adalah kegagalan orang tua, Guru dan masyarakat.Dalam Islam sesungguhnya sudah dijelaskan secara gamblang, bahwa orang tua wajib mendidik anak-anaknya, agar memiliki mental dan fisik yang berkualitas. Kalau sang anak menolak, orang tua berhak memaksanya secara paksa.

KUALITAS PENDIDIKAN TERBAIK DI DUNIA

Oleh : Andri Aji Saputro (HFI)

Tahukah Anda negara mana yang kualitas pendidikannya menduduki
peringkat pertama di dunia? Kalau Anda tidak tahu, tidak mengapa
karena memang banyak yang tidak tahu bahwa peringkat pertama untuk
kualitas pendidikan adalah Finlandia. Kualitas pendidikan di negara
dengan ibukota Helsinki, dimana perjanjian damai dengan GAM
dirundingkan, ini memang begitu luar biasa sehingga membuat iri semua
guru di seluruh dunia.

Peringkat I dunia ini diperoleh Finlandia berdasarkan hasil survei
internasional yang komprehensif pada tahun 2003 oleh Organization for
Economic Cooperation and Development (OECD). Tes tersebut dikenal
dengan nama PISA mengukur kemampuan siswa di bidang Sains, Membaca,
dan juga Matematika. Hebatnya, Finlandia bukan hanya unggul secara
akademis tapi juga menunjukkan unggul dalam pendidikan anak-anak lemah
mental. Ringkasnya, Finlandia berhasil membuat semua siswanya cerdas.
Lantas apa kuncinya sehingga Finlandia menjadi Top No 1 dunia? Dalam
masalah anggaran pendidikan Finlandia memang sedikit lebih tinggi
dibandingkan rata-rata negara di Eropa tapi masih kalah dengan
beberapa negara lainnya.

Finlandia tidaklah mengenjot siswanya dengan menambah jam-jam belajar,
memberi beban PR tambahan, menerapkan disiplin tentara, atau
memborbardir siswa dengan berbagai tes. Sebaliknya, siswa di Finlandia
mulai sekolah pada usia yang agak lambat dibandingkan dengan
negara-negara lain, yaitu pada usia 7 tahun, dan jam sekolah mereka
justru
lebih sedikit, yaitu hanya 30 jam perminggu. Bandingkan dengan Korea,
ranking kedua setelah Finnlandia, yang siswanya menghabiskan 50 jam
perminggu

Lalu apa dong kuncinya? Ternyata kuncinya memang terletak pada
kualitas gurunya. Guru-guru Finlandia boleh dikata adalah guru-guru
dengan kualitas terbaik dengan pelatihan terbaik pula. Profesi guru
sendiri adalah profesi yang sangat dihargai, meski gaji mereka
tidaklah fantastis. Lulusan sekolah menengah terbaik biasanya justru
mendaftar untuk dapat masuk di sekolah-sekolah pendidikan dan hanya 1
dari 7 pelamar yang bisa diterima, lebih ketat persaingainnya
ketimbang masuk ke fakultas bergengsi lainnya seperti fakultas hukum
dan kedokteran! Bandingkan dengan Indonesia yang guru-gurunya dipasok
oleh siswa dengan kualitas seadanya dan dididik oleh perguruan tinggi
dengan kualitas seadanya pula.

Dengan kualitas mahasiswa yang baik dan pendidikan dan pelatihan guru
yang berkualitas tinggi tak salah jika kemudian mereka dapat menjadi
guru-guru dengan kualitas yang tinggi pula. Dengan kompetensi tersebut
mereka bebas untuk menggunakan metode kelas apapun yang mereka suka,
dengan kurikulum yang mereka rancang sendiri, dan buku teks yang
mereka pilih sendiri. Jika negara-negara lain percaya bahwa ujian dan
evaluasi bagi siswa merupakan bagian yang sangat penting bagi kualitas
pendidikan, mereka justru percaya bahwa ujian dan testing itulah yang
menghancurkan tujuan belajar siswa. Terlalu banyak testing membuat
kita cenderung mengajar siswa untuk lolos ujian, ungkap seorang guru
di Finlandia. Padahal banyak aspek dalam pendidikan yang tidak bisa
diukur dengan ujian. Pada usia 18 th siswa mengambil ujian untuk
mengetahui kualifikasi mereka di perguruan tinggi dan dua pertiga
lulusan melanjutkan ke perguruan tinggi.

Siswa diajar untuk mengevaluasi dirinya sendiri, bahkan sejak Pra-TK!
Inimembantu siswa belajar bertanggungjawab atas pekerjaan mereka
sendiri, kata Sundstrom, kepala sekolah di SD Poikkilaakso, Finlandia.
Dan kalau mereka bertanggungjawab mereka akan bekeja lebih
bebas.Guru tidak harus selalu mengontrol mereka.

Siswa didorong untuk bekerja secara independen dengan berusaha mencari
sendiri informasi yang mereka butuhkan. Siswa belajar lebih banyak
jika mereka mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Kita tidak
belajar apa-apa kalau kita tinggal menuliskan apa yang dikatakan oleh
guru. Disini guru tidak mengajar dengan metode ceramah, Kata Tuomas
Siltala, salah seorang siswa sekolah menengah. Suasana sekolah sangat
santai dan fleksibel. Terlalu banyak komando hanya akan menghasilkan
rasa tertekan dan belajar menjadi tidak menyenangkan, sambungnya.

Siswa yang lambat mendapat dukungan yang intensif. Hal ini juga yang
membuat Finlandia sukses. Berdasarkan penemuan PISA, sekolah-sekolah
di Finlandia sangat kecil perbedaan antara siswa yang berprestasi baik
dan yang buruk dan merupakan yang terbaik menurut OECD.

Remedial tidaklah dianggap sebagai tanda kegagalan tapi sebagai
kesempatan untuk memperbaiki. Seorang guru yang bertugas menangani
masalah belajar dan prilaku siswa membuat program individual bagi
setiap siswa dengan penekanan tujuan-tujuan yang harus dicapai,
umpamanya: Pertama, masuk kelas; kemudian datang tepat waktu;
berikutnya, bawa buku, dlsb. Kalau mendapat PR siswa bahkan tidak
perlu untuk menjawab dengan benar, yang penting mereka berusaha.

Para guru sangat menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa mereka.
Menurut mereka, jika kita mengatakan "Kamu salah" pada siswa, maka hal
tersebut akan membuat siswa malu. Dan jika mereka malu maka ini akan
menghambat mereka dalam belajar. Setiap siswa diperbolehkan melakukan
kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan hasil mereka dengan
nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya. Jadi tidak ada
sistem ranking-rankingan. Setiap siswa diharapkan agar bangga terhadap
dirinya masing-masing.

Ranking-rankingan hanya membuat guru memfokuskan diri pada segelintir
siswa tertentu yang dianggap terbaik di kelasnya. Kehebatan sistem
pendidikan di Finlandia adalah gabungan antara kompetensi guru yang
tinggi, kesabaran, toleransi dan komitmen pada
keberhasilan melalui tanggung jawab pribadi. Kalau saya gagal dalam
mengajar seorang siswa, kata seorang guru, maka itu berarti ada yang
tidak beres dengan pengajaran saya! Benar-benar ucapan guru yangsangat bertanggungjawab.

Tuesday, 8 April 2008

SEKILAS SEKOLAH AVICENNA CINERE


SMP-SMA Avicenna Cinere merupakan sekolah yang sudah berpengalaman. Nama Sekolah Avicenna berasal dari nama seorang Ilmuwan ”Ibnu Sina” yang sangat berjasa bagi perkembangan Ilmu Pengetahuan Modern, yang kemudian nama Ibnu Sina dikenal secara global menjadi AVICENNA.

Cikal bakal sekolah AVICENNA CINERE tidak terlepas dari SMP-SMA Labschool Cinere yang berdiri pada tahun 2002 hasil kerjasama dengan Yayasan Pembina Universitas Negeri Jakarta ( YP UNJ ). Pada tahun 2007 pengelolaan sekolah ini berada di bawah MEDCO FOUNDATION sebagai bentuk Coorporate Social Responsibilty ( CSR ).

VISI :
Avicenna Cinere merupakan sekolah dengan karakter unggul, berbasis sains , teknologi dan lingkungan

MISI :
Misi yang akan dijalankan sekolah Avicenna adalah :
v Memberikan layanan pembelajaran dengan nilai-nilai agamau dan budaya bangsa untuk membentuk siswa-siswa yang memiliki budi pekerti dan akhlak mulia;
v Membentuk warga sekolah yang sehat jasmani dan rohani
v Menciptakan lingkungan belajar yang sehat dan kondusif
v Membawa warga sekolah peduli terhadap lingkungan hidup
v Memberikan layanan belajar berbasis sains dan teknologi tepat guna
v Membangun kesadaran warga sekolah untuk menerapkan dan memanfaatkan teknologi tepat guna
v Membangun warga sekolah yang berkarakter,kreatif,mandiri,berwawasan kebangsaan dan global serta memiliki jiwa kepemimpinan yang tangguh.
v Menumbuhkan jiwa wirausaha (enterpreneurship).


KURIKULUM :

SMP-SMA AVICENNA CINERE menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) dengan memperhatikan perkembangan individu berdasarkan keragaman minat, bakat, dan keunggulan setiap siswa. Kurikulum diperkaya sesuai dengan perkembangan sains dan teknologi.


TENAGA PENGAJAR :

Tenaga pengajar terdiri dari lulusan S1 dan S2 dari berbagai perguruan tinggi terkemuka dan berpengalaman dalam dunia pendidikan, serta memiliki kompetensi sesuai dengan bidangnya. Sebagai penjaminan mutu, tenaga pengajar secara berkala mengikuti pelatihan dan pengembangan SDM di lingkungan Medco Foundation.

LAYANAN PEMBELAJARAN :

Pola layanan pembelajaran kepada peserta didik diarahkan pada layanan self regulated learning ( SRL ) yang mengedepankan aspek kebutuhan pembelajaran. Dengan SRL akan memunculkan kemandirian siswa terhadap kebutuhan belajarnya. Untuk mendukung program layanan ini maka pembelajaran di arahkan pada pembelajaran yang menyenangkan pada kelas-kelas konsentrasi dengan metode learning project.

FASILITAS BELAJAR :

Fasilitas yang lengkap merupakan kebutuhan yang mendasar bagi ketercapaian proses belajar mengajar di sekolah Avicenna Cinere. Untuk itulah maka fasilitas yang disediakan meliputi :
v Ruang kelas ber- AC
v Laboratorium ( Fisika, Kimia dan Biologi )
v Laboratorium Komputer yang dilengkapi internet dan Hot spoot
v Ruang Multimedia
v Perpustakaan yang akan dilengkapai dengan digital Library
v Ruang Serba Guna
v Ruang OSIS dan PMR
v Ruang Studio Band ( SMA )
Selain fasilitas di atas sekolah Avicenna dilengkapi dengan fasilitas penunjang antara lain :
v Gedung SMP dan SMA yang terpisah
v Mesjid dan Aula Sholat ( SMA )
v Ruang UKS
v Kantin
v Lapangan Basket dan Futsal yang terpisah
v Lingkungan sekolah yang tenang , sehat dan asri

KEGIATAN UNGGULAN :

Untuk mencapai tujuan pendidikan yang melahirkan generasi yang unggul maka sekolah Avicenna Cinere mengembangkan jenis-jenis kegiatan antara lain :
v Community of Reaserch and Study ( CRaS )
v Student Social Responsibility ( SSR )
v Lari Kemerdekaan
v Bintama Dirgantara
v Field Trip ….
v Karya Ilmiah Siswa
v Enterpreneurship Expo
v Studium General

v Forum Siswa (SMP)
v Kaderisasi Siswa Indonesia Pelopor (SMP)
v Pesona Ramadhan
v Festival Budaya
v LDKS
v Lari Kemerdekaan
v KOB
v Proyek Belajar
v Student Performance
v Smart Buisness Competition


INTRA DAN EKSTRAKURIKULER :

Untuk dapat mengembangkan bakat dan minat siswa, maka dikembangkan suatu system kegiatan Intra dan Ekstrakurikuler yang bersertifikasi, yaitu kegiatan intra dan ekstrakurikuler yang memperoleh pengakuan dari lembaga-lembaga terkait. Intra dan Ekstrakurikuler dibagi menjadi kelompok-kelompok peminatan antara lain :
v Sains dan Teknologi ( MIPA dan IT )
v Bahasa
v Patriotisme
v Lingkungan
v Sport
v Art
v Enterpreneurship


MITRA KERJA :

Kami membangun kerjasama dengan lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta untuk mengembangkan potensi siswa-siswi kami dalam minat dan bakatnya. Antara lain :
v Depdiknas
v PUSDIKPASSUS TNI AD
v TNI AU Lanud Atang Sandjaja
v PMI
v BTA ( Bimbingan Tes Alumni )
v Medco Energi
v Pusat Pengembangan Bahasa (PPB) UI

GANDHI UJIAN

KETELITIAN
Disetiap Ujian, Biasanya ada peserta yang mengerjakan soal dengan cepat, lalu buru-buru keluar. Entah karena dia pintar atau memang dia gak betah lama-lama menghadapi soal, banyak alasan untuk itu.

Tapi ada juga yang benar-benar memanfaatkan dan memaksimalkan waktu yang diberikan. Alasannya pun beragam, ada yang mengerjakan soal tidur dulu, 15 menit sampai dengan 30 menit, setelah merasa fresh, baru dimulai lagi. Atau mengerjakan beberapa soal, trus istirahat, kemudian baru lanjut lagi. Atau ada yang serius secara suntuk memperhatikan soal, mengutak-atiknya, mengingat-ingat catatan dan buku paketnya atau wajah gurunya, bahkan ada yang mengingat tulisan di papan white board ketika gurunya menerangkan, mereka-reka mana jawaban yang pas.

Kunci dari ujian adalah ketelitian. Walaupun persiapan belajar sudah maksimal, otak encer dalam menyerap pelajaran dan latihan, tapi ketika saat ujian tiba, kita punya kebiasaan untuk terburu-buru mengerjakan soal dan cepat keluar ruangan, maka kita akan mudah terjebak
pada kecerobohan dan kesalahan dalam menjawab soal. Kesalahan kecil bisa menjadi fatal.

Mahatma Gandhi, dalam suatu autobiografinya bercerita tentang masa lalunya ketika masih Sekolah
Menengah. Beliau menulis bahwa ketika masih Sekolah, beliau bukanlah termasuk anak yang pintar dan cepat menangkap pelajaran. Tapi beliau punya kebiasaan untuk selalu teliti dan sabar dalam menjawab soal, baik pada saat latihan maupun ujian. Walaupun dalam kelasnya ada yang lebih pintar darinya, Gandhi dalam raport, peringkatnya selalu lebih tinggi dibanding anak yang pintar tersebut. Kuncinya adalah ketelitian, karena anak yang pintar tersebut punya kebiasaan untuk cepat-cepat menjawab soal dan keluar ruangan lebih cepat. Dan hasilnya adalah kecerobohan, kalaupun nilainya baik, tapi kurang maksimal karena kurang teliti dan sabar. ▼ Avatar Jack
Motivasi yang baik, datang dari dalam diri sendiri.