Saturday, 9 May 2009

SALAMAN PAGI DI SEKOLAH


Gus Jak : Budaya ini sangat baik, dan mengajarkan banyak hal, baik untuk Siswa, maupun untuk Gurunya, atau secara umum Civitas Akademika. Tentang Kedisiplinan bagun pagi dan datang tepat waktu, tentang keramahan dalam menyambut hari, dan menyambutnya dengan berbagi senyum serta jabat tangan. Bagaimana menurut Bang Arif ?
Bang Arif : Sesungguhnya kultur salaman pagi adalah baik bagi setiap lembaga. Khusus lembaga pendidikan, ini adalah perbuatan yang lebih baik lagi, karena di dalamnya terdapat kandungan nilai-nilai pendidikan bagi peserta didik. Alangkah cantiknya, melihat sebuah pemandangan pagi, dimana para guru berdiri berjajar di gerbang sekolah, menyambut murid-murid dan warga sekolah dengan senyum, salam dan sapa hangat.
Salaman pagi, betul kata Gus Jak, akan menanamkan dalam diri warga sekolah kebiasaan datang sebelum waktu masuk, kedisiplinan, kebersamaan, persaudaraan, sikap saling hormat dan kesiapan serta keramahan bersama menyambut hari.Hanya saja, butuh kemauan, kekonsistenan dan teladan bersama untuk menerapkannya. Kekuatan teladan pertama ada dalam diri Pimpinan Lembaga.Bagaimana murid mau saling menyalami, bila gurunya tidak saling menyalami. Bagaimana gurunya mau saling menyalami, bila pimpinannya juga tidak ambil perduli...

Gus Jak : Bagaimana menurut Bang Arif caranya agar salaman pagi bisa menjadi budaya di suatu sekolah? Apakah suatu Budaya baik bisa hilang?

Bang Arif : Pertama, tunjukkan teladan dan konsistensi pimpinan untuk melakukan ini. Tidak cukup, Gus Jak, kalau sebuah kultur baik yang bersifat rutinitas, kontinue dan berjangka panjang dimulai hanya dari akar rumput. Konsistensi seperti itu cenderung cepat melemah manakala tidak ada sanksi, apresiasi, keperdulian dan teladan dari 'atas'.Bagi seorang pimpinan, juga dibutuhkan kesabaran dan koordinasi yang kuat untuk menunjukkan keteladanan 'salaman pagi' dan mengajak warga sekolah untuk menerapkan itu.
Yang agak sukar dan butuh kesabaran lebih bagi seorang pimpinan adalah bilamana terjadi kasus seperti ini : "Ketika akar rumput coba melakukan kultur yang baik ini, kemudian mati karena tidak ada konsistensi dari pimpinan, lalu sang pimpinan tiba-tiba datang mengajak guru untuk melaksanakan salaman pagi bersama setelah dirinya secara sendirian mencoba melakukan itu selama beberapa hari terakhir", maka yang dikhawatirkan adalah munculnya ucapan "kemarin-kemarin memang kemana saja, boss ?"

Maksud saya, sang Pimpinan bisa menjadi hanya'pahlawan kesiangan'.Kedua, Gus... Butuh kesadaran,saling mendukung, keinginan dan niat baik, bukan kesepakatan, bersama Dewan Guru untuk mau bersalaman pagi menyambut anak didiknya. Percayalah, bila 'Pimpinan yang Teladan' memulai dan melakukannya lalu mengajak para guru untuk mau berjejer bersalaman ... Baca Selengkapnyapagi, tidak ada alasan atau pilihan untuk menolak atau menentang sesuatu yang baik. Setelah itu, ajak Pengurus OSIS untuk mau bergiliran berdiri menyambut teman-temannya.Gimana ? Atau Gus Jak punya komentar lain ?

Gus Jak : Ketika pagi hari dimulai dengan hal yang baik saya percaya sampai siang, sore, malam dan sampai kita menutupkan mata lagi maka Tuhan akan melindungi kita dengan hal-hal yang baik. Maka buat saya, salaman pagi menyambut anak murid di sekolah adalah baik. Tapi ketika pagi hari kita sudah diumpat, dikoreksi habis-habisan, bisa dibayangkan perjalanan hari itu sampai malam, bahkan mungkin sampai hari berikutnya. Beruntunglah orang yang masih menyambut permulaan hari dengan salaman pagi. Hal baik pasti diganjar dengan yang baik. Gimana bang Arif masih ada komentar lain?

Bang Arif : Cukup deh.. Nanti kita sambung lagi dengan tema yang lain. Tapi Gus Jack siap kan ikut pimpinan kita, nanti salaman pagi ?

Gus Jak : Siap, untuk Indonesia yang lebih baik dan pendidikan yang luar biasa. Pendidikan yang baik pasti berbekas baik pada setiap siswa.

Depok, 6 Mei 2009

LINTAS PROVINSI


Menikah adalah akad yang serius, menjadikannya hanya permainan bersiaplah akan murka dan marahnya Allah SWT. Karena ketika pernikahan dipermainkan yang berakibat pada perceraian maka hal tersebut adalah tindakan yang sangat dibenci oleh Allah SWT. Akad perkawinan adalah suatu revolusi sosial yang besar pengaruhnya dalam prilaku manusia sejak itu digagas dan dipraktekkan menjadi suatu budaya sampai dengan sekarang. Akad perkawinan dengan segala etika dan sanksi-sanksi yang mengikutinya, adalah suatu perjanjian yang membuat manusia lebih menghargai nilai-nilai kemanusiaan. Dengan Akad manusia sedikit demi sedikit mulai meninggalkan sifat-sifat kebinatangan yang ada dalam dirinya. Sebelum akad tercipta, manusia dalam hubungan antar lawan jenis melakukan hubungan yang bisa dibilang mirip dengan binatang. Berganti-ganti pasangan adalah biasa, dan garis keturunan yang tidak jelas siapa bapaknya, makanya dulu sebelum ada garis keturunan Patrilineal (berdasarkan bapak) manusia mengenal garis keturunan Matrilineal (berdasarkan Ibu). Sistem Matrilineal terbentuk karena memang hubungan antara laki-laki dengan perempuan tidak memiliki batasan yang jelas, hingga anak yang lahir kedunia hanya mengenal ibunya yang telah melahirkannya, sedangkan bapaknya tidak jelas saking banyaknya hubungan terjadi. Berangkat dari revolusi Akad Nikah yang tercipta dan menjadi suatu budaya dalam sistem Patrilineal. Allah SWT banyak menciptakan hukum dan aturan main bagi manusia, tentang perkawinan beserta aturannya. Entah yang berbentuk cerita keteladanan para nabi atau aturan yang tertulis yang diwahyukan pada segelintir nabi dan menjadi aturan hukum bersama.

Sebagai bahan yang terus mengingatkan, Allah SWT pernah mewahyukan pada Nabi Musa dalam Sepuluh Perintah Tuhan, pada point ke 6 Jangan Berzinah dan ke 9, Jangan Mengingini Isteri Sesamamu. Hal ini mengingatkan bahwa pada zaman itu dan mungkin sekarang pun masih sering terjadi, banyak kasus perzinahan dilakukan dan mengingini isteri orang lain menjadi suatu prilaku. Dan untuk meredakan dan meredam hasrat binatang tersebut maka wahyu itu turun.
Memang dalam jargon dan fakta keseharian, manusia punya kecenderungan yang aneh dan liar, Rumput tetangga lebih hijau daripada rumput halamannya sendiri. Dengan alasan jenuh, bosan atau permasalahan rumah tangganya, hal tersebut menjadi alasan untuk memulai dengan curhat pada pasangan yang lain, dari curhat, sering bertemu, tumbuh rasa saling membutuhkan dan saling melengkapi, bila tidak bertemu sehari saja seaka-akan ada yang kurang, dari sinilah muncul benih cinta yang baru, pasangan yang lama terabaikan, dengan semua hasrat dan keinginan liar tersebut mereka mulai mencari-cari alasan agar rumah tangga yang lama tetap eksis dan tidak pecah, maka kebohongan menjadi solusi agar semua dapat terengkuh sekaligus. Sampai di sini satu kejahatan memunculkan kejahatan yang lain, satu dosa dilakukan maka dosa yang berikut akan mengikutinya. Tak terasa terus menumpuk, menekan jiwa, menumpulkan hati, mengotoricermin diri yang pada awal kelahiran manusia sebenarnya bening, putih, bersih.

Karena itu dibutuhkan keberanian besar untuk berkata “tidak!!” pada penyelewengan. Sekali berani bermain api, siap-siap lah terbakar. Dan Islam sendiri punya formula yang jitu agar semua keinginan dan hasrat yang tidak terkendali dapat disalurkan dengan baik.
Disinilah letak pentingnya bagi kita untuk membuka tabir rahasia puasa sebagai salah satu bagian terpenting dari Rukun Islam.Dr. Yusuf Qardhawi dalam kitabnya Al Ibadah Fil Islam mengungkapkan ada beberapa rahasia puasa yang bisa kita buka untuk selanjutnya bisa kita rasakan kenikmatannya dalam menjalankan ibadah itu.

MENGUATKAN JIWA
Dalam hidup hidup, tak sedikit kita dapati manusia yang didominasi oleh hawa nafsunya, lalu manusia itu menuruti apapun yang menjadi keinginannya meskipun keinginan itu merupakan sesuatu yang bathil dan mengganggu serta merugikan orang lain. Karenanya, di dalam Islam ada perintah untuk memerangi hawa nafsu dalam arti berusaha untuk bisa mengendalikannya, bukan membunuh nafsu yang membuat kita tidak mempunyai keinginan terhadap sesuatuyang bersifat duniawi. Manakala dalam peperangan ini manusia mengalami kekalahan, malapetaka besar akan terjadi karena manusia yang kalah dalam perang melawan hawa nafsu itu akan mengalihkan penuhanan dari kepada Allah SWT sebagai Tuhan yang benar kepada hawa nafsu yang cenderung mengarahkan manusia pada kesesatan. Allah SWT memerintahkan kita memperhatikan masalah ini dalam firman-Nya yang artinya: Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya. (QS 45:23)

Dengan ibadah puasa, maka manusia akan berhasil mengendalikan hawa nafsunya yang membuat jiwanya menjadi kuat, bahkan dengan demikian, manusia akan memperoleh derajat yang tinggi seperti layaknya malaikat yang suci dan ini akan membuatnya mampu mengetuk dan membuka pintu-pintu langit hingga segala doanya dikabulkan oleh Allah Swt, Rasulullah SAW bersabda yang artinya: Ada tiga golongan orang yang tidak ditolak doa mereka: orang yang berpuasa hingga berbuka, pemimpin yang adil dan doa orang yang dizalimi. (HR. Tirmidzi)

MENDIDIK KEMAUAN
Puasa mendidik seseorang untuk memiliki kemauan yang sungguh-sungguh dalam kebaikan, meskipun untuk melaksanakan kebaikan itu terhalang oleh berbagai kendalaPuasa yang baik akan membuat seseorang terus mempertahankan keinginannya yang baik, meskipun peluang untuk menyimpang begitu besar. Karena itu, Rasulullah Saw menyatakan: Puasa itu setengah dari kesabaran. Dalam kaitan ini, maka puasa akan membuat kekuatan rohani seorang muslim semakin prima. Kekuatan rohani yang prima akan membuat seseorang tidak akan lupa diri meskipun telah mencapai keberhasilan atau kenikmatan duniawi yang sangat besar, dan kekuatan rohani juga akan membuat seorang muslim tidak akan berputus asa meskipun penderitaan yang dialami sangat sulit.

Sampai disini mari kita introspeksi diri kembali selama ini, sudah sampai sejauh mana arah perjalanan hidup kita. Sudah baikkah, atau malah semakin buruk.
Pepatah Latin memang pernah bilang, Mens sana in corpore sano, bahwa di dalam jiwa yang sehat terdapat badan yang sehat, atau sebaliknya di dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Bagaimana badan bisa sehat secara sempurna bila jiwa kita tersesat dalam penyelewengan menuhankan nafsu semata. Hingga Allah SWT selalu wanti-wanti agar manusia selalu mendirikan shalat, karena dalam kandungan shalat terdapat hikmahyang luar biasa.

Firman Allah SWT :
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat lain) Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (al-‘Ankabut : 45) 29:45
Dirikan Shalat, dalam pengertian yang lebih luas kata mendirikan shalat punya arti kata yang mendalam dari sekedar mengerjakan shalat secara fisik, berdiri, ruku, dan sujud. Mendirikan disini memiliki konsekuensi dan pemahaman filosofi yang mendalam, hingga setiap niat yang terucap, setiap bacaan yang dilafazkan beserta gerakan yang dilakukan adalah suatu ikatan yang saling kait mengkait. Dan hal tersebut berujung pada banyak hal, bukan hanya hubungan yang vertikal pada Allah saja tapi juga memiliki imbas pada hubungan horisontal pada sesama manusia. Kalau masih saja ada umat Islam yang melanggar perintah Allah SWT, menghianati nilai-nilai kemanusian, seperti korupsi, membunuh, memperkosa, berzinah dst, maka bisa dikatakan orang tersebut jauh dari mendirikan shalat.

Firman Allah SWT yang lain :
Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia- nyiakan shalat dan memperturutkanhawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan (Maryam: 59)19:59Banyak cara untuk tetap setia pada pasangan yang kita miliki, yang sudah diakadkan dan disaksikan oleh banyak pihak. Kalau semua kisah, teladan para nabi, dan firman Allah SWT kemudian hanya sekedar tahu dan berlalu. Carilah informasi sebanyak mungkin tentang baik buruknya sebuah penyelewengan, kalau itupun tidak menyadarkan kita, lakukan reorientasi, carilah sudut pandang yang lain dalam melihat pasangan kita, baik dan buruknya. Kenanglah masa lalu kita, ketika kita pertama kali bertemu dan memutuskan untuk jatuh cinta padanya. Ilustrator, Heidy Asrofi.
Depok, 8 Mei 2009

BERANIKAH KITA JADI MANUSIA?


Pertanyaan apa ini? Sudah jelas-jelas kita adalah manusia, jadi buat apa lagi kita bertanya itu. Tapi berangkat dari tanda tanya itu, ada permasalahan besar yang harus dijawab, apakah kita telah benar-benar menjadi manusia yang manusiawi.

Ketika Tuhan secara demokratis menawarkan jabatan “khalifah” di muka bumi ini kepada tumbuhan, hewan,gunung-gunung dan langit, mereka menjawab satu persatu dengan “tidak!”. Dan tiba pada giliran manusia, kita menjawab, “ya”. Tapi tidak semua manusia mampu untuk menjawab “ya”. Bagaimana tidak, menjadi pemimpin merupakan jabatan yang sangat berat dan penuh resiko besar. Paling tidak untuk memimpin diri kita sendiri, kadang atau bahkan sering tidak becus.

Orang banyak, sadar atau tidak sadar masih suka merusak tubuh dan pikirannya sendiri dengan racun-racun, seperti merokok, minum-minuman keras, obat-obatan terlarang, pola makan yang tidak seimbang, makanan berlemak tinggi, kemalasan, kemaksiatan, kejenuhan dan kebodohan.

BUNUH DIRI
Ketika racun-racun tersebut telah membelenggu kita secara ektrim, tanpa kita mampu mengatasinya dengandewasa. Jalan keluar yang sering muncul adalah kematian. Hidup tidak lagi bermakna. Orang lebih mencintai kematian (death Loving) daripada mencintai kehidupan (life loving). Apalagi ketika manusia menghadapi krisis, kegamangan dan tahapan pancaroba, baik itu yang muncul dari luar seperti gejolak politik, ekonomi, sosial, budaya dan gejala alam, maupun yang muncul dari dalam diri sendiri.

Manusia memang diciptakan dengan segala keterbatasan, tapi manusia pun sering lupa bahwa dia diciptakan dengan bakat dan potensi untuk bisa bertahan hidup. Dan yang kita perlukan adalah sedikit kedewasaan sikap dan kecerdasan otak untuk bisa memupuk semua potensi itu berkembang. Beranikah kita jadi manusia?
Bunuh diri merupakan tindak pidana. Negara bahkan menganggap bunuh diri sebagai pembunuhan biasa. Cuma bedanya, si pembunuh tak dapat didakwa dan dihukum lagi. Dia telah mendakwa sekaligus menghukum diri sendiri. Dia adalah sekaligus si pembunuh dan yang terbunuh. Matinya adalah kematian rangkap dua. Yang pertama, kematian sang korban yang dibunuh, yang kedua, kematian sang terdakwa yang dihukum bunuh oleh sang korban.
Pada setiap bunuh diri, terdapat dua kali perkataan “korban” dan dua kali perkataan “terdakwa”. Si korban sekaligus membalas pembunuhan atas dirinya pada saat itu juga, dimana dia jadinya bertindak sebagai pembunuh, tegasnya sebagai sang terdakwa baru. Sedang si terdakwa sekaligus mengalami pembunuhan atas dirinya sendiri pada saat itu juga, dimana dia jadinya adalah sang korban, tegasnya sebagai korban baru.

DURKHEIM (1858-1917)Ada pertanyaan sederhana yang menggelitik Durkheim untuk meneliti tentang gejala bunuh diri. Apakah ada pola atau dorongan sosial dibalik tindakan menghabisi nyawa yang sepintas tampak individualistik ini?Adakah tekanan moral yang dialami individu?. Dan ketertarikannya pada Sosiologi Agama pun telah membuat dia bertanya-tanya, mengapa masyarakat Katolik mempunyai rating lebih rendah dalam hal bunuh diri daripada masyarakat Protestan.
Durkheim menggambarkan tipe bunuh diri sebagai berikut: Fatalistik, dilakukan sekelompok orang karena dibelakangnya terdapat kontrol yang berlebihan. Altruistik, terjadi pada masyarakat yang ikatan sosialnya sangat kuat, sering disebut ”solidaritas mekanik”. Bunuh diri ini dilakukan demi kelompok, hampir seperti bunuh diri ritual Jepang Seppuku, yang dilakukan ketika kekacauan melanda masyarakat. Anomik, keadaan dimana manusia merasa tidak tahu tempat yang tepat baginya seperti menjadi tunawisma atau yatim piatu. Dia merasa tidak punya apa-apa. Ini berarti berada dalam keadaan “tanpa norma”. Tidak ada norma dan aturan yang membimbing dalam kehidupan sosial sehari-hari. Ini sesuatu yang modern, orang tidak tahutempat yang yang tepat buat mereka dalam sebuah masyarakat yang kompleks. Egoistik, namanya sendiri sudah menjelaskan.Itu artinya individu yang mengusahakan penyelamatan dirinya sendiri secara serius. Lari dari masalah, sebelum berjuang maksimal. Pengecut!!!.Tipe bunuh diri menurut Durkheim mungkin masih kurang dan perlu ditambah, satu, dua atau tiga, sebab masyarakat manusia kini lebih kompleks lagi. Tapi yang jelas bunuh diri tidak membawa penyelesaian. Sejelek apa pun hidup ini, sekacau apa pun situasi politik-ekonomi global saat ini dan sejenuh apapun kita dalam menghadapi hari ke hari. Mencintai kehidupan lebih baik daripada mencintai kematian. Dan bukan kepasrahan yang harus ditempuh, tapi perjuangan demi hidup yang lebih baik. menciptakan kreatifitas dan inovasi baru. Kerja belum selesai, belum apa-apa.