Wednesday, 4 February 2009

SHINTIA DARDANELA


BAIK DAN BURUK

Dari sekian banyak keagungan, keluhuran dan pemujaan, kebaikan merupakan salah satu dan mungkin puncak tertinggi yang diagungkan, diluhurkan dan dipuja oleh kebanyakan manusia. Walaupun pada saat-saat yang menurutnya mendesak ia tak peduli mempraktekkan sifat keburukan. Dan dari macam ragam bentuk kenistaan, kerendahan dan penghinaan, keburukan adalah salah satu dan pasti lembah paling dasar yang dinistakan, direndahkan dan dihina.

Tapi satu hal yang mesti dimengerti bahwa, sejak Tuhan menciptakan manusia dalam bentuk Adam, kebaikan dan keburukan muncul secara bersamaan, Malaikat lambang kebaikan dan Iblis lambang keburukan. Dan di satu pihak, dari dulu sampai sekarang. Sepertinya kecenderungan manusia kebanyakan mendukung kebaikan. Lalu bagaimana kecenderungan Tuhan sendiri terhadapnya?.

Pada kelanjutan cerita Adam, saat penciptaan manusia pertama, Iblis memang terkutuk dan menjadi lambing keburukan, tapi bukankah itu suatu keberanian yang timbul dari kesadaran dii dan juga suatu takdir yang harus dijalani (siapa yang dapat merubah takdir). Dan malaikat yang terbuat dari sinar, menunduk serta hormat pada Adam yang terbuat dari tanah adalah suatu kelemahan seperti robot tanpa perasaan, walaupun mereka tahu, kelak dikemudian hari hari manusia Adam dan keturunannya akan menimbulkan kerusakan dimuka bumi.

Bagi manusia kebanyakan, kebaikan adalah jalan yang benar dan keburukan jalan yang salah. Tapi sadar atau tidak, keduanya melekat eksis di tubuh kita masing-masing. Mana kecenderungan yang berkembang, kebaikan atau keburukan. Tapi dari banyak hal yang berkembang di dunia ini, aku meyakini dalam diri, bahwa kebaikan dan keburukan berasal dari rahim yang satu, Yang Maha Esa.

15 Maret 1997

SEJARAH MANUSIA

Dalam hidup manusia, dari dulu sampai sekarang dan dimanapun ia berada, tak pernah lepas dari tiga proses yang harus dilalui. Pertama lahir, kedua menikah atau kawin, dan ketiga mati. Kelihatannya sederhana memang apabila ditinjau dari sudut fisik melulu, tapi hidup bukan sekedar fisik. Ada dunia psikis dalam jiwa kita.

Mungkin secara institusional atau kelembagaan seseorang memilih untuk tidak menikah, tapi dalam bentuk lain, pada dasarnya ia kawin, misalnya kawin dengan cita-cita, sesuatu yang lebih agung dan luhur dari kawin secara fisik, seperti Socrates, Al Ghazali, Marteen Luther, Voltair, Kahlil Gibran, Albert Camus, Gandhi, Einstein dan banyak lagi (atau mungkin anda) adalah tokoh-tokoh besar yang kawin dengan ide-ide brilian.

Kata-kata mutiara, Kahlil Gibran, “inilah sejarah manusia, lahir, kawin, mati. Dulu pun begitu, lahir, kawin, dan mati. Tapi kemudian ada orang gila yang muncul dengan gagasan aneh dan menceritakan impiannya dari dunia lain yang berpenduduk lebih berbudaya. Sederhana saja, sejarah manusia bukan hanya lahir, kawin dan mati saja.”

30 Maret 1997

No comments: