Tuesday, 3 June 2008

DEPENDENCE

Dalam suatu analisa ekonomi sekarang ini, dan memang sudah dimulai di zaman Orde Baru, Indonesia dalam situasi ekonomi yang sangat dependence (ketergantungan) pada bantuan dana luar negeri, terutama IMF dan Amerika Serikat. Yang melalui bantuan hutangnya, bukan hanya ekonomi Indonesia saja yang berubah, tapi juga kebijakan politik pemerintah dan merembes pada bidang-bidang yang lain.

Para ekonom yang kritis dan dan juga mahasiswa yang kritis melihat gejala ini sangatlah tidak baik dan berbahaya bagi perkembangan masa depan Indonesia. Bila beruntung, dan Indonesia dapat melunasi hutangnya di kemudian hari, lalu mandiri, maka intervensi Luar Negeri tidak begitu besar di sini. Tapi bila tidak, sepertinya penjajahan akan terus berlangsung dalam bentuk yang lain, yaitu penjajahan ekonomi. Jadi semua sepakat, sikap dependence secara vertical tidak baik bagi perkembangan masa depan Indonesia.

Mungkin ini memang sudah menjadi mental bangsa Indonesia, seperti apa yang diamati oleh Koentjaraningrat dan ditulis dalam bukunya, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan, bahwa nilai-nilai mentalitas yang berkembang di Indonesia adalah terlampau berorientasi vertical kearah atasan, kearah orang yang senior, kearah yang berpangkat tinggi, yang selalu harus dimintai restu dulu. Mentalitas seperti itulah yang membuat pembangunan di Indonesia tersendat-sendat dan bila tetap diteruskan akan mematikan jiwa yang ingin berdiri sendiri, berusaha sendiri dan akan menyebabkan timbulnya sikap tidak percaya kepada kemampuan diri sendiri.

Dikaitkan dengan konsep agam tentang mentalitas vertical, masih ada sebagian besar umat beragama yang dalam bersikap terhadap Tuhan juga begitu dependence. Bukan berarti kita tidak mengakui adanya Tuhan dan tidak membutuhkan-Nya. Seharusnyalah juga kita ingat firman Tuhan yang berbunyi, bahwa Tuhan tidak akan membantu suatu kaum lepas dari kesulitan dan masalah, apabila kaum itu sendiri tidak mau berusaha menyelesaikannya sendiri. Hingga kesadaran yang harus muncul dalam setiap kalbu manusia adalah bahwa fungsi dari ritual ibadah dan doa-doa yang dipanjatkan pada-Nya adalah untuk selalu kita hidup disiplin, percaya diri, teguh terhadap pendirian dan tidak lupa, kerja keras untuk meraih cita-cita yang kita harapkan. Jadi bukan dependence terhadap Tuhan dengan cara yang pasif, sebab tanpa usaha kerja keras semua itu tidaklah berarti apa-apa. Dan hanya bisa jadi, jatuh pada sia-sia.

Kembali pada masalah ekonomi dan politik indonesia saat ini. Akan terasa miris dilihat, ternyata teman-teman mahasiswa jatuh pada dilemma rasionalitas. Mereka berdemonstrasi, mengecap intervensi IMF dan menolak hutang baru dari CGI, tapi disatu pihak kini menentang penghentian subsidi BBM dan subsidi-subsidi yang lainnya. Rakyat dan mahasiswa, ingin pemerintah bisa lepas dari subsidi IMF ataupun CGI, tapi rakyat dan mahasiswa sendiri tidak siap subsidi-subsidi dari pemerintah dihentikan. Ini benar-benar dilemma, dan kita harus berani menjawab, siapa yang lebih tergantung pada siapa?
Depok, 3 Juni 2008

No comments: