Saturday, 14 June 2008

MASJID DAN BERMEGAH-MEGAHAN


Dari berbagai hadist disebutkan bahwa Allah melarang kita bermewah-mewahan, termasuk dalam menghias Masjid. Kemewahan Masjid adalah salah satu tanda dari dekatnya kiamat.

Aksi Rasululah saw, saat pertama hijrah ke Madinahialah membangun Masjid. Dindingnya dari tanah liat, tiangnya batang kurma, lantainya pasir dan atapnya pelepah kurma. Apakah karena kondisi ekonomi masih prihatin? Ternyata tidak. Dalam kitab Dalail Al-Nubuwwah, Al-Baihaqi meriwayatkan dari Ubadah ibn Shamit bahwa kaum Anshar mengumpulkan harta dan mendatangi Rasulullah SAW. Mereka berkata, ”wahai Rasulullah, bangunlah masjid dan hiasilah seindah-indahnya dengan harta yang kami bawa ini. Sampai kapan kita harus salat di bawah pelepah kurma?”.

Beliau menjawab, ”Aku mau seperti Saudaraku Nabi Musa AS. Masjidku cukup seperti gubuk tempat berteduh beliau AS.” Dijelaskan bahwa Ukuran gubuk Nabi Musa AS sedemikian rendahnya sehingga bila Rasululah saw, mengangkat tangannya maka atapnya tersentuh.

Kisah ini menegaskan bahwa kesederhanaan arsitektur Masjid Nabawi yang asli di Madinah bukanlah karena kurang biaya. Tetapi memang disengaja oleh Rasulullah saw untuk diteladani umat Islam.

Sangat ironis bahwa justru masjid Nabawi di Madinah saat ini dibangun super mewah dan sangat boros energi. Saking mahalnya, pintu dikunci setiap jam 10 malam karena takut ada pencuri perhiasan emas murni di dalamnya.

Dan anehnya kita ikut berbangga untuk hal yang dikecam oleh Rasulullah SAW itu. Alasan klasiknya ialah demi syiar islam, bangunan masjid harus lebih megah dari bangunan sekitarnya, bahkan nyohor untuk lebih mewah dari gereja dan kuil.

No comments: